
KOTA MALANG – malangpagi.com
Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang bersama Kelurahan Kauman menyelenggarakan acara Sinau Mbatik Bareng, yang digelar di Kampung Heritage Kayutangan, Sabtu (26/3/2022). Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.
Acara yang diikuti oleh ibu-ibu perwakilan dari setiap RW (Rukun Warga) di Kelurahan Kauman tersebut bertempat di gang menuju Makam Mbah Honggo, destinasi wisata religi yang menjadi salah satu unggulan Kampung Kayutangan Heritage.
Kepala Diskopindag, Muhamad Sailendra yang menyaksikan acara Sinau Mbatik Bareng secara langsung, mengapresiasi kegiatan yang menurutnya berdampak pada peningkatan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) dan ekonomi kreatif.
“Seyampang level semakin rendah, dan aktivitas ekonomi dapat berjalan dengan baik, kami mendukung Sinau Mbatik Bareng ini sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Tidak hanya itu, pelatihan lainnya akan kami fasilitasi, termasuk bagaimana cara memproduksi, pemasaran, pengaturan keuangan, hingga legalitas,” ujar Sailendra.

Pria berkacamata itu mengungkapkan, ekonomi kreatif yang rencananya akan dikembangkan tidak hanya batik. Tetapi juga kuliner lawas yang menjadi ciri khas Kayutangan, selain itu juga ada musik keroncong. Sehingga geliat tidak hanya terjadi di kawasan koridor Kayutangan saja, namun juga di dalam kampungnya.
“Diskopindag dapat bersinergi dengan Disporapar (Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata) untuk membenahi masalah destinasinya, dan Diskopindag penataan di sisi UMKM-nya,” jelas Sailendra.
Ditemui di tempat yang sama, Lurah Kauman Agus Hartono mengamini pernyataan dari Sailendra. Menurutnya, Sinau Mbatik Bareng yang digelar di Kayutangan adalah perwujudan pemberdayaan masyarakat, yang dikemas melalui keterampilan membatik.
“Tujuan kegiatan ini adalah mengasah keterampilan 10 pembatik, yang tempo hari mendapat pembekalan dari Diskopindag Kota Malang dalam program pemberdayaan masyarakat,” terang Agus.
Dirinya berharap, kegiatan ini juga akan menampilkan batik khas Kayutangan. Sehingga kawasan tersebut tidak hanya dikenal dengan arsitektur kolonialnya saja, tetapi juga dapat menjadi sebuah sentra batik.
“Kegiatan membatik ini melibatkan sekitar 35 warga Kayutangan, ditambah keikutsertaan anak-anak dan remaja yang memperagakan batik. Nantinya akan kami kurasi dan kami tata, sehingga dapat menampilkan batik berciri khas Kayutangan, yang akan menumbuhkan aktivitas niaga,” tandasnya. (Har/MAS)