
KOTA MALANG – malangpagi.com
Di masa pandemi, roda perekonomian harus tetap berjalan. Hal inilah yang kemudian memacu tumbuhnya kreativitas masyarakat.
Seperti yang dilakukan warga Kelurahan Sukun, Kota Malang dengan menggelar Festival Batik Sukun pada Sabtu (3/10/2020) pagi, bertempat di TPU Nasrani Sukun atau lebih dikenal dengan Kuburan Londo.
Ketua Panitia, Eko Zainudin menyampaikan, Festival Batik Sukun akan menjadi agenda tahunan. Selain untuk memperingati Hari Batik Nasional, kegiatan tersebut juga didasari keinginan untuk memajukan UMKM di wilayah Sukun.
“Di Festival Batik Sukun kali ini, kami isi dengan berbagai kegiatan. Antara lain workshop membatik, dan bazar UMKM produk olahan buah sukun dari tiap-tiap RW. Selain itu, kami juga mengenalkan potensi wisata malam Kuburan Londo setiap Jumat Legi,” tutur Eko kepada Malang Pagi.
Diungkapkan Eko, ada satu motif batik yang diperkenalkan di Festival Batik Sukun terinspirasi dari buah, daun, alur tumbuhan sukun. Selain itu, pengrajin batik di Kelurahan Sukun juga mengembangkan motif-motif lain untuk pangsa pasar generasi muda. Diharapkan, batik khas Sukun dapat menjadi salah satu ikon Kota Malang.
Di tempat yang sama, Walikota Malang, Drs. H. Sutiaji didampingi Ketua TP-PKK Kota Malang, Widayati menilai Festival Batik Sukun memiliki daya ungkit tinggi.
“Kemarin kami sempat melihat pelatihan batik di Kampung Terapi Hijau di RW 03 Kelurahan Sukun yang cukup bagus. Yang perlu dioptimalkan adalah bagaimana menghubungkan masing-masing kelompok menjadi sesuatu kekuatan untuk mengenalkan batik,” tutur Sutiaji.
Walikota Malang menyarankan agar motif batik Sukun dapat dikombinasikan dengan ikon Kota Malang, salah satunya Tugu Malang.
“Batik merupakan budaya khas Indonesia yang mendunia. Negara-negara lain di luar sana sangat kagum. Banyak orang saat ini tidak canggung lagi memakai busana batik,” kata Sutiaji.
Saat ditanya perihal motif batik khas Malangan, Sutiaji menyampaikan, pihak Pemerintah Kota Malang sedang mengeksplore motif batik terinspirasi dari pohon trembesi.
“Mengapa trembesi? Karena ada filosofi dan sejarahnya. Kota Malang memiliki sejumlah tanaman heritage, yaitu pohon trembesi, teratai dan pohon kenari. Di Malang jumlah kenarinya terbanyak, ada 143 buah. Sedangkan usia pohon trembesi yang mencapai ratusan tahun, adanya di Kota Malang. Dan hingga saat ini tetap terjaga,” tandasnya.
Reporter : Doni Kurniawan
Editor : MA Setiawan