![](https://malangpagi.com/wp-content/uploads/2020/07/IMG-20200727-WA0168.jpg)
KOTA MALANG – Malangpagi.com
Wali Kota Malang Drs.H.Sutiaji dan Wakil Wali Kota Ir.Sofyan Edi Jarwoko merespon positif ide gagasan pembelajaran berbasis freq radio (HT). Hal ini merupakan salah satu solusi alternatif dan inovatif dalam proses pembelajaran siswa-siswi sekolah dasar/menengah di Kota Malang. Mengingat untuk kuota internet yang terbilang mahal ditengah. situasi pandemi Covid-19 saat ini.
Saat dihubungi awak media, Sutiaji mengatakan secara singkat, bahwa ide gagasan itu sangat SAE atau bagus. Apresiasi senada juga disampaikan Wakil Wali Kota Malang Ir.Sofyan Edi Jarwoko.
“Ide dan gagasan yang menarik, namun perlu dikaji, baik unsur biayanya maupun teknis nya,” ujar Sofyan Edi, Senin 27 Juli 2020.
Ia menambahkan, untuk siswa tingkat dasar, gaget /hp rata-rata milik orang tuanya, tidak semua anak memiliki untuk dipake pribadi,” tuturnya.
Dalam kesempatan ini, ia juga menjelaskan pemasangan internet gratis untuk belajar bersama. Dengan pemasangan wifi di pos kamling atau balai RW perkampungan merupakan salah satu alternatif juga. Menurutnya, harus disesuaikan dengan kebutuhan, baik jangka pendek maupun panjang setelah pengkajian.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendiri INAKER-Indonesia Bekerja, KRMH Gagoek Kapoet Triana pemerhati soal dunia pendidikan, khususnya di area Malang juga turut memberikan tanggapan positif.
“Ijin frekuensi tergantung pada negara, segala kepentingan yang sangat urgent didalam kelangsungan kualitas pendidikan dasar dan menengah di Indonesia saat masa pandemi ini” ucapnya
Terkait respon dan dukungan, sementara ini bersifat apresiatif dari petinggi Pemkot Malang, dan masih berpikir untuk merealisasikanya dalam masa pandemi ini.
Perlu diketahui bersama, ide/gagasan pembelajaran berbasis freq radio (HT) di Kota Malang, berawal dari gagasan Comandante Caping alias M Safril. Bahkan, gagasannya tersebut telah dipublis di media – media sosial. Menurutnya, beberapa daerah sudah merealisasikan.
Ia berharap pemerintah daerah sesegara mungkin merealisasikannya, demi kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan. Dalam hal ini, Safril M alias Commander Caping juga bersedia untuk memberikan presentasi dan penjelasan dihadapan dinas terkait secara rinci dan detail. Baik soal jenis perangkat dan teknis maupun biaya yang perlu dianggarkan.
Caping menjelaskan, Radio Network Plus- plus yakni sekolah tanpa ketergantungan provider Internet yang cenderung kapitalistik. Kami rasa pemerintah mulai pusat sampai daerah sudah tahu tentang metode tersebut, tetapi entah kenapa harus tergantung dengan provider GSM yang justru berbiaya mahal, jelasnya .
Lanjut M Safril / Caping, bahwa jaringan radio network tersebut bisa digabungkan menjadi satu kesatuan dengan jaringan Internet, makanya dinamakan Radio Network. Dimana frekuensi radio dijadikan transmisi data internet, baik berupa image maupun visual. Pasti lebih murah dibanding memakai system kuota selama ini.
Lanjutnya, jaringan RT/RW net pun yang digagas beberapa komunitas masih berbasis GSM, tentu semakin banyak penggunanya / client sehingga kecepatan cenderung menurun dan lemot. Berbeda dengan frekuensi radio high (VHF – UHF – HF). Jika ada yang butuh untuk presentasikan systemnya, saya siap presentasikan bahkan dengan free…free… (gratis),” tegas Caping.
Pria berkacamata ini juga menyampaikan, mengenai perangkat keras dan brainwarenya bisa diusahakan sendiri oleh pihak sekolah. Semua kami lakukan demi perbaikan dan perkembangan dunia pendidikan, maka satu dunia milik bersama. Adapun pemikiran dan gagasan adalah milik Tuhan dan kita hanyalah massangernya saja, tutupnya.
Pewarta: Doni
Editor: Redaksi