
KOTA MALANG – malang pagi.com
Koridor Kayutangan mulai berbenah. Wilayah di pusat Kota Malang itu mulai dipercantik dengan dipasangnya lampu-lampu bernuansa heritage, yang terpasang di sepanjang trotoar, mulai dari gedung PLN (Perusahaan Listrik Negara) Kota Malang hingga eks Bioskop Merdeka.
Tidak hanya itu, penanaman bunga di sepanjang taman pedestrian diharapkan mampu memperindah area yang digadang-gadang menjadi ikon Kota Malang itu.
Namun tak sedikit masyarakat yang bertanya tanya dengan perubahan yang terjadi. Seiring itu, muncul suara-suara yang mempertanyakan mau dibawa ke mana Kayutangan? Siapa yang mendesain?
Menanggapi hal itu, pendamping program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh), Arif Prasetyo menceritakan, pembangunan koridor Kayutangan didasari impian warga Kota Malang akan hadirnya kawasan Malang Heritage.
“Pada 2019, pemerintah berusaha menangani masalah permukiman melalui program KOTAKU, dengan salah satu lokasi sasaran adalah kawasan permukiman Kayutangan atau Kelurahan Kauman, dengan cakupan RW 01, RW 09, dan RW 10. Di mana kawasan permukiman tersebut bersentuhan langsung dengan koridor Jalan Basuki Rahmat,” ungkap Arif kepada Malang Pagi, Minggu (2/1/2022).
Arif mengungkapkan bahwa pihaknya melakukan pendampingan untuk kawasan Kayutangan. Saat melakukan pendampingan, Pemerintah Kota Malang sudah memiliki desain perencanaan untuk wajah Kayutangan. Sementara untuk desain teknisnya ditangani Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang.

“Perencanaan Pemerintah Kota Malang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, di mana Kawasan Pusat Kota terdapat kawasan Cagar Budaya yang didukung konsep pengembangan permukimannya, yaitu Heritage Kayutangan sebagai impian Kota Malang,” jelas Arif.
“Perencanaan sudah ada. Yang direncanakan ada tiga zona. Zona satu dari PLN hingga McDonald’s, zona dua Raja Bali hingga eks Bioskop Merdeka, dan di Zona 3 mulai eks Bioskop Merdeka hingga Patung Chairil Anwar,” lanjutnya.
Dirinya mengungkapkan, Pemerintah Kota Malang mengusulkan anggaran ke Pemerintah Pusat sebesar Rp23 Miliar untuk kawasan permukiman Kayutangan Heritage, serta penataan pada koridor Kayutangan atau jalan Basuki Rahmat. Di samping itu juga dilakukan peningkatan kualitas infrastruktur dasar di permukiman, yang dilengkapi Taman Air di Kelurahan Polehan.
“Pembangunan yang berakhir di April 2021 dilaksanakan secara kolaborasi. Artinya, pembangunan kawasan permukiman beserta koridor zona satu dan zona dua dengan sumber pembiayaan APBN dikerjakan oleh Provinsi. Sedangkan untuk zona tiga dilaksanakan oleh Pemerintah Kota dengan sumber dana APBD,” beber Arif.
Pihaknya menerangkan, dalam pembangunannya, pada awal 2020 hingga April 2021, pihak pelaksana telah menyesuaikan perencanaan yang telah didesain oleh Pemkot Malang.
Untuk perubahan Malang Heritage, Arif mengakui bahwa pihaknya masih belum mengetahui secara detail terkait pengembangan selanjutnya terhadap kawasan tersebut.
“Setelah adanya penanganan infrastruktur yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat yang berakhir April 2021, diharapkan Pemkot Malang dapat melanjutkan pembenahan dan pengembangan kawasan ini,” pungkas Arif.
Kayutangan Bukan Malioboro
Sementara itu, pemasangan puluhan lampu bernuansa heritage yang berjajar di trotoar Kayutangan, membuat pengguna jalan seolah berada di kawasan Malioboro, jujugan wisata yang menjadi ikon Kota Yogyakarta.
Namun pendapat tersebut dibantah Ketua Ikatan Arsitek Indonesia wilayah Malang, Sahirwan, yang mengatakan bahwa Kayutangan bukanlah Malioboro.
“Kalau dari konten, saya kira sangat berbeda. Di Malioboro, kita akan disuguhi wisata belanja kaki lima di sepanjang koridor tersebut. Sementara di Kayutangan lebih kepada wisata heritage, dengan bangunan-bangunan bersejarah yang ada di kawasan tersebut,” jelas Sahirwan kepada Malang Pagi, Minggu (2/1/2021).
Bangunan heritage yang dimaksud antara lain gedung PLN, Toko Avia, bangunan kembar di perempatan Rajabali, Gereja Kayutangan, dan Rumah Makan Oen. Selain itu masih banyak lagi bangunan bersejarah lainnya, meskipun kondisinya saat ini kurang terawat.
Tak jauh dari kawasan Kayutangan, wisatawan disuguhi dengan Alun-Alun Kota Malang. De sekeliling area tersebut terdapat sejumlah bangunan heritage seperti Masjid Jami, Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel, Bank Indonesia, Kantor Pajak, Kantor Pos, dan Hotel Pelangi.
“Namun tidak ada kata terlambat untuk melestarikan kawasan Kayutangan, yang memiliki nilai sejarah dalam perkembangan Kota Malang,” ucap Sahirwan
Ia kembali menegaskan bahwa Kayutangan berbeda dengan Malioboro.
“Menurut kami, justru Kayutangan memiliki potensi untuk menjadi ikon wisata heritage yang berbeda dengan Malioboro maupun Jalan Braga di Bandung,” tuturnya.
Menurutnya, koridor Kayutangan termasuk area perkampungannya didesain sebagai destinasi wisata heritage, dengan bangunan dan rumah milik masyarakat yang memiliki nilai sejarah, sehingga dapat dialihfungsikan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Saat disinggung mengenai peremajaan pohon, Sahirwan berpikir pemotongan pohon dimaksudkan untuk menunjukkan fasad bangunan yang ada di sepanjang koridor Kayutangan.
“Ada wacana bahwa kabel telepon dan PLN akan dirapikan dengan model jaringan underground. Dengan demikian, karakter koridor Kayutangan dengan bangunan heritagenya dapat lebih menonjol. Sementara itu, kegiatan ekonomi di koridor Kayutangan dapat bergulir,” jelas Sahirwan. (Har/MAS)