KOTA MALANG – malangpagi.com
Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah memberika kuliah umum di STAI Ma’had Aly Al Hikam Malang, Selasa (7/3/2023). Dalam kuliah umum tersebut, dirinya berpesan kepada para generasi muda untuk lebih bijak menggunakan media sosial. Sebab menurutnya di era globalisasi ini medsos memberikan dampak besar, baik positif maupun negatif.
Basarah kemudian membandingkan dua survei data. Yaitu data minat pengguna media sosial di Indonesia untuk dunia, dan minat membaca masyarakat Indonesia di dunia.
Di 2021, setidaknya terdapar 202,6 juta atau 73,7 persen masyarakat Indonesia adalah pengguna aktif internet, termasuk di dalamnya media sosial.
Sedangkan Indonesia menjadi negara terendah kedua dengan minat baca sangat rendah, dari 21 negara yang disurvei
“Kita bayangkan, (Indonesia) pengguna internet terbesar di dunia. Tapi minat bacanya paling rendah. Ini ironis,” ujar Basarah.
Ia pun lantas memberikan contoh, banyak dampak negatif yang ditelan mentah-mentah oleh masyarakat Indonesia. Basarah takut masyarakat Indonesia mudah terpengaruh dengan media sosial, karena minat baca atau literasinya sangat rendah.
Mulai dari persoalan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) yang kini marak dikampanyekan melalui media sosial. Kemudian soal ideologi radikalisme yang menjurus terrorisme juga mulai masuk melalui media sosial.
“Dari sini saya ingatkan bahwa kalian adalah calon pemimpin bangsa. Kalau kita mau melihat ke depan, generasi muda harus tahu cara memanfaatkan media sosial,” tegas Basarah.
Arus globalisasi, lanjut Basarah, tak bisa terbendung sebagai kemajuan teknologi informasi. Namun yang terpenting adalah bagaimana caranya memaksimalkan dalam segi positif melalui teknologi yang ada.
“Teknologi informasi bisa membawa manfaat untuk kepentingan umat manusia. Tapi sebaliknya, dia juga bisa membawa bencana. Oleh karena itu, bangsa Indonesia perlu mempunyai benteng dari segala pengaruh globalisasi itu,” sebutnya.
Bentang yang dimaksud Basarah yakni menetapkan nilai yang telah dipikirkan oleh bangsa kita dalam ideologi Pancasila. “Maka generasi muda seperti di Al Hikam ini perlu diberikan pembekalan atau penguatan ideologi kebangsaannya, seperti ajaran-ajaran Islam yang menjadi fokus perguruan tinggi,” tuturnya.
Ia pun menyarankan, perlunya untuk meningkatkan mata pelajaran Pancasila dalam perkuliahan, agar dapat meminimalisir dampak negatif dari teknologi informasi yang terus berkembang. “Mata pelajaran Pancasila perlu dan wajib ada di setiap pembelajaran, mulai PAUD hingga perguruan tinggi,” tandas Basarah. (YD/MAS)