KOTA MALANG – malangpagi.com
Kisah nyata tobatnya mantan tentara ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) bernama Syahrul Munif dikupas dalam novel berjudul Api Jihad di Tanah Suriah, yang ditulis Abdul Muntholib, seorang jurnalis senior.
Selain Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj, yang menulis epilog novel ini, beberapa tokoh turut menyumbangkan kata pengantar. Salah satunya Gunadi Handoko selaku Ketua Dewan Penasihat DPC Peradi Malang.
Gunadi mengaku pesimitis sebelum membaca novel ini, karena tersemat diksi jihad yang bagi sebagian orang menimbulkan kesan kurang baik. “Namun setelah membaca lebih cermat, ternyata buku yang ditulis Abdul Muntholib ini begitu detail. Di dalamnya menjelaskan bagaimana jalan hidup seseorang yang awalnya memiliki pemikiran baik-baik saja, tetapi akhirnya berubah 180 derajat,” ujarnya kepada Malang Pagi, Jumat (30/9/2022).
Dirinya menjelaskan, jihad sesungguhnya tidak selalu identik dengan kekerasan. Bekerja dengan baik demi menghidupi keluarga juga termasuk jihad. “Berprofesi menjadi advokat dengan misi menolong masyarakat yang membutuhkan bantuan hukum juga merupakan jihad. Jadi terlalu sempit jika jihad selalu diidentikkan dengan kekerasan bahkan pembunuhan demi iming-iming surga,” sambung Gunadi.
Pengacara senior itu pun mengurai novel Api Jihad di Tanah Suriah yang mengisahkan mudahnya seseorang tergiur jihad yang salah arah. Doktrinasi secara halus menggiring seseorang menjadi jihadis ekstrem, yang dideskripsikan dalam buku ini sebagai salah satu pintu, bahwa siapa saja dapat terjebak dalam lingkaran radikalisme.
“Semula, kesan tentang tertindasnya umat Islam di negara Suriah dijadikan alat untuk mendoktrin agar orang-orang tergerak ikut bersimpati. Dari situ, ketika muncul ghirah atau semangat untuk berjihad, doktrin berikutnya adalah melakukan upaya melawan pemerintah yang sah. Karena pemerintah yang ada dianggap tidak islami, thogut, sehingga wajib diperangi. Begitulah akhirnya bermunculan kelompok-kelompok radikal yang mengarah pada aksi terorisme,” peper Gunadi.
Melalui novel Api Jihad di Tanah Suriah, dirinya berharap generasi muda tidak lagi terjebak dengan doktrin sesat yang ditawarkan oleh kelompok-kelompok anti toleransi. Pengalaman Syahrul Munif selaku tokoh utama dalam novel ini harus dijadikan sebuah pelajaran berharga.
“Dia yang terjebak doktrinasi sesat akhirnya baru menyadari, ternyata jalan yang diikuti selama ini adalah sebuah kesalahan yang fatal. Beruntungnya Ia cepat sadar, sehingga meskipun sempat bergabung dengan tentara ISIS, akhirnya dapat kembali ke arah yang benar, pulang ke pangkuan NKRI,” sebutnya.
Terakhi, Gunadi mengganggap novel ini begitu sebagai bahan kampanye melawan radikalisme sejak dini. Ia pun mengajak agar terorisme dijadikan musuh bersama. “Semoga bangsa ini terus terjaga dari rongrongan kelompok yang ingin mengubah ideologi Pancasila. NKRI tetap harga mati. Salam satu jiwa,” tutupnya. (DK99/MAS)