
KOTA MALANG – malangpagi.com
Sejak dipasangnya lampu-lampu bergaya heritage dan digelar pertunjukan musik di koridor Kayutangan, tak ayal kawasan yang berada di Jalan Basuki Rahmat Kota Malang itu menjadi destinasi wisata dadakan. Pengunjung yang meluber memadati area pedestrian praktis menyebabkan kemacetan luar biasa.
Menyikapi hal itu, Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Kampung Kayutangan Heritage, Mila Kurniawati mengaku kaget melihat animo masyarakat yang cukup tinggi.
“Tidak menyangka, antusiasme masyarakat cukup tinggi untuk datang ke Kayutangan. Tidak hanya Sabtu Minggu saja, hari biasa pun banyak yang berkunjung, bahkan ada yang menggelar tikar,” tutur Mila kepada Malang Pagi, Senin (17/1/2021).
Terlepas itu, pihaknya mengaku senang dengan meningkatnya kunjungan masyarakat. Menurut wanita berjilbab itu, ramainya warga yang datang secara tidak langsung akan membuat kampung tematik Kayutangan turut dikenal.
“Kunjungan ini secara tidak langsung akan mengenalkan adanya kampung di balik koridor Kayutangan, yaitu Kampung Kayutangan Heritage, yang memiliki rumah-rumah berarsitektur lawas yang masih terjaga,” terangnya.

Menurut Mila, Kayutangan yang dulunya dikenal sepi dan gelap, saat ini mulai ramai dengan cahaya lampu-lampu hias. Namun patut disayangkan, pengelolaan parkir masih belum tertata dengan baik. Sehingga mobil dan motor pun parkir sembarangan, yang memicu timbulnya kemacetan.
Terkait kemacetan yang terjadi, Mila mengungkapkan bahwa pihaknya telah beberapa kali diajak ngobrol oleh Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang.
“Nantinya pengelolaan parkir akan dikelola muda-mudi Kayutangan. Oleh karena itu, kami berharap dapat bekerja sama dengan Dinas Perhubungan dalam pengelolaan parkir ini,” ungkap Mila
“Karena jika berbicara tentang kawasan, tidak hanya koridor, namun juga kampung Kayutangan menjadi bagian dari kawasan heritage. Untuk itu, kami bersama Pemkot Malang berupaya menggiring pengunjung untuk masuk ke Kampung Kayutangan dan pengelolaan parkir sudah kami pikirkan,” imbuhnya.
Lebih lanjut Mila menjelaskan, dalam Peraturan Daerah Kota Malang disebutkan bahwa koridor Kayutangan tidak diperbolehkan ada pedagang kaki lima (PKL). Untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung yang tentunya akan membutuhkan makan minum, Pokdarwis Kayutangan mengaku pihaknya sudah mulai mempersiapkan hal tersebut.
“Di sini kami ada pasar, yang nantinya akan menjadi pusat kuliner. Tidak hanya itu, kami juga menambah wahana baru di pinggir sungai. Rencananya kami akan menggelar pertunjukan Padang Bulan, yang dibuka setiap tanggal 15 penanggalan Jawa,” beber Mila
Ia pun berpesan kepada para wisatawan yang berkunjung ke Kota Malang untuk mampir ke Kayutangan. “Kayutangan adalah rumah warga Kota Malang. Berwisata ke Kota Malang tidak afdol jika tidak ke Kayutangan,” ucapnya.
Untuk menarik kenangan zaman dulu sebagai pusat perdagangan dan perbelanjaan, pihaknya akan terus berupaya meningkatkan pariwisata melalui kesenian, kuliner, dan sosial budaya. Sehingga Kayutangan, baik koridor maupun kampungnya, benar-benar dikenal sebagai salah satu kawasan heritage.
Ditemui secara terpisah, Ketua Komisi C DPRD Kota Malang, Fathol Arifin menyayangkan adanya kemacetan di sepanjang Kayutangan. Dirinya menilai Pemkot Malang terlalu tergesa-gesa membuka koridor Kayutangan sebagai destinasi wisata heritage.
“Saya baru tahu jika giat di Kayutangan Heritage sudah dibuka. Terkesan tergesa-gesa. Biasanya diawali koordinasi dengan Komisi C selaku mitra. Ini tidak sama sekali,” ungkap Fathol kepada Malang Pagi.
“Padahal ini masih pandemi, dan kami sudah menyepakati anggaran pembangunan di zona tiga yang sampai sekarang belum dilaksanakan,” lanjut politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu.
Pihaknya pun menyarankan agar Pemkot Malang melakukan persiapan yang komprehensif. Terutama dalam penataan perparkiran. “Secepatnya Pemkot Malang melakukan penataan dan penertiban parkir. Karena hal itu paling vital untuk kenyamanan pengunjung dan meminimalisir kemacetan,” pungkas Fathol. (Har/MAS)