KOTA MALANG – malangpagi.com
Sungkeman Riyayan merupakan tradisi umat Islam di Jawa yang dilaksanakan pada bulan Syawal pada saat lebaran. Tradisi ini biasanya dilakukan anak kepada orang tua, atau kepada yang lebih tua usianya, termasuk kepada tokoh masyarakat di lingkungannya.
Sungkeman juga dilakukan warga yang sedang mudik atau kedatangan saudara jauh dari luar kampung atau desa. Tradisi menyampaikan permohonan maaf di hari lebaran ini biasanya dilakukan berkeliling dari rumah-rumah tetangga atau sanak saudara.
Pada Selasa (25/5), acara Sungkeman Riyayan diselenggarakan Kampung Biru Arema (KBA), sebagai salah satu event wisata kampung tematik. Kegiatan yang digelar dengan menerapkan protokol kesehatan ketat ini melibatkan Disporapar Kelurahan Kidul Dalem, serta Polsek dan Koramil Kecamatan Klojen, Kota Malang.
“Sungkeman Riyayan sebagai makna simbolis bagi warga di Kampung Biru Arema, untuk mengobati rasa kangen warga yang tidak bisa mudik. Giat ini sekaligus bisa menjadi tontonan dan tuntunan untuk wisatawan yang berkunjung ke KBA,” terang Imawan Yutanto, Ketua Pokdarwis KBA sekaligus Ketua LPMK Kelurahan Kidul Dalem.
Dalam sambutannya Lurah Kidul Dalem, Atiyatul Husna menyampaikan bahwa acara kali ini sengaja dipusatkan di satu titik, dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Yang biasanya kelurahan maupun RT RW sering mengadakan halal bihalal sendiri-sendiri, kali ini disatukan saja melalui Sungkeman Riyayan di KBA,” ujarnya.
Acara Sungkeman Riyayan ini tak luput mendapat apresiasi dari Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, yang diwakili oleh Kabid Pengembangan Destinasi Pariwisata, Fitria Noverita.
“Ternyata gelaran Sungkeman Riyayan di KBA bisa dikemas lebih fleksibel di tempat terbuka, dengan menghindari kerumunan massa dengan penerapan penerapan prokes, serta berlangsung tidak lama. Bagaimanapun juga, acara di KBA ini masuk dalam kalender event wisata Kota Malang,” tutur Fitria.
Iringan Hadrah Syubanut Taqwa dari Kelurahan Kidul Dalem menjadi pelengkap maidhoh hasanah Ustad Gus Musyafak dari Ponpes Darul Ulum 2, yang terletak di Jalan Zaenal Arifin Gang 4 Kelurahan Kidul Dalem.
Gus Musyafak mengupas makna lebaran, agar warga benar-benar tulus saling bermaaf-maafan, serta mampu memaknai lebaran sebagai tradisi berdimensi sosial yang perlu dilestarikan
Dalam kesempatan itu hadir pula Ketua Forkom Pokdarwis Kampung Tematik se-Kota Malang, Ki Demang. Dalam sambutannya Ia memaparkan makna-makna yang terkandung dalam tradisi sungkem.
“Pertama, sungkem merupakan sarana masyarakat Jawa dalam melatih kerendahan hati. Dengan melakukan sungkem, seseorang melakukan gestur merendah kepada orang yang lebih tua,” jelasnya.
Kedua, lanjut pria yang memiliki nama asli Isa Wahyudi itu, sungkem merupakan perwujudan rasa terima kasih dan syukur seorang anak atau orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua.
“Ketiga, makna sungkeman sebagai ritual penyadaran diri atau introspeksi jiwa-jiwa anak muda yang seringkali lupa bagaimana memperlakukan orang yang lebih tua dengan baik,” imbuhnya.
“Tradisi Sungkeman Riyayan di KBA dapat dimaknai sebagai sarana dalam membangun dan memperbaiki hubungan baik antara orang yang lebih tua dengan orang yang lebih muda,” tandas Ki Demang.
Reporter : Tanto
Editor : MA Setiawan