
MALANG – malangpagi.com
Drama memuncak di Ruang Sidang Pengadilan Negeri Kepanjen saat terdakwa Isa Zega kembali mencuri perhatian publik. Dalam sidang lanjutan kasus dugaan pengancaman dan pencemaran nama baik terhadap pengusaha Shandy Purnamasari, Isa tak kuasa menahan tangis saat membacakan nota pembelaan (pledoi).
Namun bukan hanya air mata yang mengalir, tantangan sumpah pocong dan kutipan ayat suci turut mewarnai atmosfer ruang sidang yang tegang.
Isa menyatakan bahwa dirinya tidak pernah menerima laporan atau BAP terkait pasal pengancaman dan pemerasan yang kini disangkakan kepadanya. Ia menyebut dakwaan tersebut dipaksakan, tidak berdasar, dan mengada-ada.
Menurut Isa, kasus ini awalnya hanya menyangkut pencemaran nama baik, namun kemudian digeser ke arah pemerasan demi memperberat tuntutan hukum terhadapnya.
“Tidak ada satu pun saksi yang bisa membuktikan saya melakukan pemerasan. Tidak ada ancaman, tidak ada permintaan uang, tidak ada permintaan barang,” ucapnya.
Namun momen paling mencengangkan datang ketika Isa secara terbuka menantang Jaksa Penuntut Umum (JPU) dan pelapor, Shandy Purnamasari untuk melakukan sumpah pocong atau sebuah praktik sakral dalam budaya Indonesia sebagai bukti kesungguhan seseorang dalam bersumpah.
Ia bahkan mengutip surat Ali Imron ayat 41 sebagai penegasan bahwa dirinya siap menerima azab jika berbohong.
Langkah Isa ini menuai kontroversi. Sebagian pihak menganggapnya sebagai bentuk manipulasi emosional yang dirancang untuk menggiring opini publik dan mendapatkan simpati.
Tak sedikit pula yang menilai tindakan tersebut sebagai bentuk keputusasaan dan taktik pengalihan isu, apalagi menyusul tuntutan JPU yang menjerat Isa dengan hukuman lima tahun penjara berdasarkan UU ITE pasal 45 ayat 3 juncto pasal 27B.
“Ini sudah bukan pembelaan hukum, tapi drama. Jangan bawa-bawa sumpah pocong ke persidangan,” ujar salah satu pengamat hukum yang enggan disebut namanya.
Kini publik menanti keputusan akhir dari majelis hakim. Apakah aksi penuh emosi dan simbolisme spiritual itu akan mengubah arah vonis? Atau justru memperkuat anggapan bahwa Isa Zega tengah memainkan panggung terakhir dari sebuah sensasi hukum?
Satu hal yang pasti, Isa Zega kembali menjadi sorotan utama. Namun, apakah sorotan itu akan berubah menjadi cahaya pembebasan atau bayang-bayang hukuman, masih menjadi tanda tanya besar. (YD)