![](https://malangpagi.com/wp-content/uploads/2023/11/PEKKA-1.jpg)
KOTA MALANG – malangpagi.com
Dalam upaya meningkatkan kemandirian perempuan, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AP2KB) Kota Malang menyelenggarakan pelatihan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) yang dihelat di Hotel Gajahmada Kota Malang, Kamis (16/11/2023).
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan Ani Rahmawiyati saat ditemui Malang Pagi menyampaikan, tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kemandirian. “Di sisi lain juga untuk menjunjung derajat kaum perempuan, supaya mereka itu tidak bergantung kepada laki-laki,” jalasnya.
“Selain itu, pelatihan PEKKA yang dikhususkan kepada perempuan yang juga sebagai kepala keluarga. Di mana mereka itu biasanya kan sebagai tulang punggung keluarga. Jadi tidak hanya janda, perempuan sebagai tulang punggung meskipun mempunyai suami namun suaminya tidak mempunyai mata pencaharian. Mungkin suaminya kena PHK atau sakit. Itu yang kita cover untuk mengikuti pelatihan-pelatihan,” sambung Ani.
Dalam pelatihan PEKKA ini, para peserta dilatih untuk memasak menu mesakan yang digemari masyarakat, dan diharapkan mereka mampu membuka usaha sendiri. “Kami berharap para perempuan sebagai tulang punggung keluarga ini mendapatkan penghasilan lebih, membuka usaha sendiri, dan dapat mengembangkan usahanya,” terangnya.
![](https://malangpagi.com/wp-content/uploads/2023/11/PEKKA-2.jpg)
Ani menambahkan, pihaknya telah mengcover peserta dari 57 kelurahan di Kota Malang. “Sesuai kebijakan Pemerintah Kota Malang, pelatihan semacam ini kalau bisa menyentuh ke tingkat bawah, yaitu wilayah RT/RW. Jadi mereka dapat mengusulkan kegiatan apa saja lewat kelurahan. Perempuan-perempuan di Kota Malang itu harus ikut berpartisipasi dalam program-program Pemerintah Kota Malang. Sasarannya adalah perempuan-perempuan dari ekonomi menengah sampai ke bawah untuk mengembangkan kompetensi dirinya,” ujarnya.
“Pelatihan PEKKA ini juga sebagai implementasi dari pengarusutamaan gender. Maksudnya di sini adalah supaya perempuan-perempuan itu tidak menjadi pelengkap penderita lagi jadi tidak menjadi yang nomor dua lagi mereka bisa eksis ikut adil dalam menuangkan pendapatnya, ikut andil supaya bisa beraktivitas ikut organisasi. Tidak hanya di rumah saja,” bebernya.
“Pengarusutamaan gender ini memberikan peluang dan manfaat kepada perempuan-perempuan tangguh. Perempuan-perempuan yang tadinya tidak berdaya menjadi perempuan-perempuan yang berdaya,” imbuh Ani.
“Sebenarnya pengarusutamaan gender itu sudah kita laksanakan sehari-hari sejak 1970. Dulu namanya pemberdayaan masyarakat. Jika dulu kami menyampingkan mereka yang penyandang disabilitas dan lansia, maka dalam pengarusutamaan gender ini kami gerakkan keterlibatan lansia dan penyandang disabilitas,” lanjutnya.
Di tempat yang sama, mentor memasak Chef Swiza Aqsharaya menyampaikan, dalam pelatihan PEKKA ini dirinya sengaja memilih menu rice bowl, lantaran menu ini cukup digemari masyarakat dan mudah dipraktikkan
Chef Swiza juga memberikan tips kepada para peserta, agar tidak ragu dalam memulai usaha dan terus berkreasi. “Tentunya produk yang dihasilkan harga memiliki ciri khas tersendiri dan harus punya spesifikasi. Saat ini peluang usaha sangat besar, apalagi di dunia makanan. Jadi jangan takut untuk berusaha, dan juga juga harus update dengan informasi-informasi seputar kuliner zaman sekarang,” pesannya. (Har/MAS)