
KOTA MALANG – malangpagi.com
Mantan Ketua KPU Kota Batu, Saifudin Zuhri, mencalonkan diri sebagai caleg DPRD Jatim dalam Pemilu 2024 lewat PDI Perjuangan. Menurutnya, politik adalah bentuk pengabdian yang dapat Ia lakukan.
Saifudin meyakini, politik adalah sebuah jalan untuk berjuang dengan keyakinan dan mengabdi dengan hati. Sebagai politisi, apapun posisinya, Ia dapat menjalankan pengabdiannya.
Dengan menjadi seorang anggota Dewan, lanjut Saifudin, artinya Ia dapat menjadi penghubung aspirasi rakyat dan berjuang untuk mewujudkan kehendak rakyat.
Jika pun nantinya tidak terpilih sebagai anggota Dewan, dirinya tetap akan berjuang untuk mewakili aspirasi masyarakat, sebagai jembatan antara masyarakat dan wakilnya yang duduk di lembaga eksekutif dan legislatif.
Meskipun menyadari kemungkinan adanya pandangan negatif tentang dirinya dari kontestan lain, baik dari dalam maupun luar partai, namun Saifudin menegaskan bahwa hal tersebut tidak akan menghambat perjuangannya.
“Setelah melakukan kunjungan ke sejumlah daerah di Malang Raya, saya menyadari bahwa pencalegan politik sebenarnya adalah dalam rangka membangun silaturahmi dan saling mencintai. Yang terpenting adalah berjuang dengan tekad yang kuat, berusaha semaksimal mungkin, dan selanjutnya tawakal kepada Tuhan,” sebut Saifudin, Selasa (9/5/2023).
Sejak Saifudin sebenarnya bercita-cita menjadi seorang guru. Akan tetapi setelah bergabung dengan organisasi GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) selepas kuliah, akhirnya Ia pun membelokkan arah cita-citanya. “Yang penting menjadi orang bermanfaat di jalur apapun. Keluarga dan orangtua mendukung apapun keputusan saya,” jelasnya.
Selama berkecimpung di dunia politik, Saifudin mengaku berguru kepada Ahmad Basarah, politisi PDI Perjuangan yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RI. “Beliau selalu mendidik saya dalam hal politik dan cita-cita dalam berpolitik. Kata-kata belia yang selalu saya ingat adalah ‘gak usah berkonflik, jaga persatuan, apalagi kalau sudah berdiskusi tentang Pancasila, bisa panjang’,” ungkapnya.
“Bung AB juga yang selalu berpesan untuk menjadi politikus yang negarawan. Karena jika politikus selalu berpikir tentang next election, alias bagaimana cara menang di Pemilu selanjutnya. Tapi politikus yang negarawan berpikirnya selalu next generation, yaitu bagaimana menyiapkan generasi berikutnya,” sambung Saifudin.
Saifudin juga menyampaikan pandangannya terkait nasionalisme kebangsaan dalam situasi saat ini. Menurutnya, seperti hukum perubahan, setiap zaman selalu berubah termasuk nasionalisme kebangsaan. “Sejak dirumuskan oleh para pendiri bangsa, nasionalisme kebangsaan Indonesia mengalami pasang surut,” katanya.
Dalam konteks masa kini, Saifudin mengatakan bahwa nasionalisme kebangsaan Indonesia dalam konteks filosofis sedang mengalami ujian yang sangat berat. Hal ini disebabkan semakin luasnya ideologi transnasional yang berusaha merusak dasar dari nasionalisme kebangsaan Indonesia.
“Mudah untuk menemukan fakta tentang bagaimana Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara berusaha digoyahkan. Dalam ranah politik taktis, isu agama atau yang lebih dikenal sebagai politik identitas semakin kuat. Meskipun sebenarnya istilah politik identitas kurang tepat. Karena dalam perjuangan politik, identitas menjadi penting,” bebernya.
Saifudin mengatakan bahwa dalam konteks politik global saat ini, kebanyakan orang sepakat bahwa nasionalisme kebangsaan Indonesia malah semakin menguat. Pemerintah Indonesia telah menunjukkan kepercayaan dirinya di forum-forum internasional. “Oleh karena itu, di mana pun kita berada, kita harus mempertahankan nasionalisme sebagai pegangan bersama,” tegasnya.
Sebagai sebuah ideologi yang selalu berubah mengikuti arah pergerakan zaman, nasionalisme kebangsaan Indonesia harus diterapkan oleh setiap individu anak bangsa. “Memulai dari diri sendiri untuk Indonesia adalah jargon yang tepat untuk saat ini,” ucap Saifudin.
Meskipun dunia telah menjadi tanpa batas karena perkembangan teknologi, Saifudin meyakini bahwa nasionalisme kebangsaan Indonesia harus tetap terus hidup, serta menjadi penggerak bangsa ini.
Hal tersebut menurutnya dapat dicapai dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, meresapinya, mengamalkannya, juga mempertahankannya. “Menurut saya, menjaga dan memperkuat nilai-nilai Pancasila adalah kunci utama dalam mempertahankan nasionalisme kebangsaan Indonesia di era modern,” tutup Saifudin. (Red)