KOTA MALANG – malangpagi.com
Menyambut malam takbiran Idul Adha, Pondok Pesantren Budaya Karanggenting Merjosari, Lowokwaru menggelar acara unik bertajuk Hanjawani di Malam Takbiran, minggu (16/06/2024).
Kegiatan ini dikenal dengan istilah Jemparingan, yang merupakan persenyawaan antara tradisi keagamaan, spiritualitas dan warisan budaya luhur Jawa (Mataram).
Acara ini terselenggara berkat kerjasama antara induk olahraga Perkumpulan Panahan Tradisional (PERPATRI) Nusantara Jaya Kota Malang, LASKAR PANJI SURYANEGARA (Laku Sedherekan Jemparingan Panah Jiwa Sejati Hurip Mulya Maneges Ajining Rasa), LESBUMI NU Kota Malang, dan komunitas Lembah Manah.
LASKAR PANJI SURYANEGARA didirikan di Malang pada tahun 2019 oleh Ki Wibie Maharddhika, seorang budayawan lulusan Fakultas Filsafat UGM yang juga ketua umum PERPATRI Nusantara Jaya Kota Malang, bersama istrinya, Nuriel C Kertopati.
Ki Wibie menjelaskan bahwa dalam konteks jemparingan, manah adalah cara untuk mengelola pikiran, hati, dan jiwa agar senantiasa selaras dengan jiwa damai yang diridhai Ilahi, serta jiwa yang menyaksikan kebesaran Allah SWT.
“Manah bagi kami merupakan singkatan dari Menggayuh Muthmainnah, berarti mencapai jiwa damai yang layak menghuni surga-Nya. Proses ini melibatkan pengorbanan ego dan nafsu kehewanan dalam diri,” tuturnya.
Keunikan dari LASKAR PANJI SURYANEGARA terdapat pada gerakan teknik memanah yang mengandung wiraga-wirama-wirasa (olah raga, olah irama, dan olah rasa).
“Dengan gerakan yang etis dan estetis, teknik memanah ini mengoptimalkan pencapaian menuju karakter pribadi Ksatria Pinandhita guna turut membangun karakter bangsa. Khususnya sifat Sawiji (totalitas, fokus, tenang, damai), Greged (dinamis, kreatif, inovatif, produktif), Sengguh (percaya diri, rendah hati) dan Ora Mingkuh (pantang menyerah, bertanggungjawab, berdedikasi), “ujarnya.
Ia mengatakan bahwa teknik yang dinamai gagrak atau gaya Jemparingan Panji Mataraman ini, merupakan satu-satunya gerakan teknik memanah yang khas di seluruh perkumpulan panahan tradisional Indonesia, bahkan di dunia.
“Nama PANJI terinspirasi dari ikon nusantara sosok sejarah Jawa Timur, Panji Asmarabangun, yang diakui sebagai Memory of the World oleh UNESCO sejak tahun 2017. Panji kami maknai sebagai singkatan dari panah jiwa,” jelasnya.
Teknik memanah ini telah diajarkan tak hanya di Malang Raya, namun hingga di empat kecamatan daerah Banyuasin, Sumatera Selatan, dan berkembang pesat dalam dua tahun terakhir.
Ki Wibie menambahkan, pada tahun 2023, salah satu anggota, yakni Libby Athaya Widagdo Sabariman yang duduk di kelas 1 SMA berhasil meraih juara 1 nasional dalam acara Jogja Traditional Archery Festival yang diselenggarakan dalam rangka Hadeging Praja Kadipaten Pakualaman ke 211 tahun Masehi.
Lebih lanjut, ia berharap Jemparingan Panji Mataraman kedepannya semakin berkembang dan disukai oleh masyarakat dari orang tua hingga milenial, sehingga banyak yang merasakan manfaat dan dampak positif lewat teknik gerakan meditatif.
“Tujuan utama kegiatan ini untuk membangun budi pekerti atau akhlak mulia selayaknya seorang Ksatria Pinandhita, manusia yang senantiasa berjiwa damai, penuh cinta kasih, dan sekaligus memiliki integritas kepribadian yang bermanfaat bagi kehidupan sosial,” tutupnya. (Dsy/YD)