![](https://malangpagi.com/wp-content/uploads/2020/12/Haul-Gusdur-1-1024x532.jpg)
KOTA MALANG – malangpagi.com
Barisan Kader (Barikade) Gus Dur memberikan penghargaan kepada 10 tokoh Kota Malang pada acara Haul Gus Dur ke-11 dan Pluralisme Awards 2020. yang diselenggarakan di Lembaga Tinggi Pondok Pesantren Luhur, Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Sabtu (26/12/2020) malam.
Kesepuluh penerima Pluralisme Awards 2020 tersebut adalah:
- KH Chamzawi, Ketua Rois Syuriah PCNU Kota Malang
- Ir. H Sofyan Edi Jarwoko, Wakil Walikota Malang.
- Letkol Arm Ferdian Primadona, SE, Komandan Kodim 0833 Kota Malang
- Kombes Pol Dr. Leonardus Harapantua Simarmata Permata, S.Sos SIK MH, Kapolres Malang Kota.
- I Made Rian Diana Kartika, SE, Ketua DPRD Kota Malang.
- Moh. Danial Farafish, SH M.Ag, pengasuh Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Kota Malang.
- Widodo Harsono, pembina Paguyuban Keluarga Tionghoa Hakka Kota Malang.
- H Sarbini (Alm), mantan Kasatkorcab Banser Kota Kota Malang.
- Handoyo Widjoyo, pemerhati dan loyalis Gus Dur Kota Malang.
- Kurniawan Muhammad, Direktur Jawa Pos Radar Malang.
Ketua Barikade Gus Dur DPC Kota Malang, Dersi Hariono bersama Sekretaris Wiranto selaku penyelenggara acara, menyerahkan penghargaan langsung kepada para penerima Pluralisme Awards.
![](https://malangpagi.com/wp-content/uploads/2020/12/Haul-Gusdur-2-1024x532.jpg)
Dersi menjelaskan, acara haul ini sebenarnya direncanakan pada Maret 2020 lalu di Universitas Islam Malang (Unisma). Namun karena terjadi pandemi, acara tersebut terpaksa ditunda. Kemudian berusaha digelar di awal Desember di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Namun lagi-lagi harus ditunda karena terkendala protokol Covid-19.
“Saat kami berkunjung ke makam Gus Dur, barulah dapat gagasan untuk menyelenggarakan Haul di Pesantren Luhur,” ungkap Dersi kepada Malang Pagi.
Sementara itu Ketua DPRD Kota Malang, I Made Rian Diana Kartika yang beragama Hindu menuturkan, bahwa menurut ajaran Hindu GusDur bisa disebut sebagai seorang Brahmana, guru, rohaniwan, atau seseorang yang dengan kasta tertinggi.
“Namun beliau berani turun menjadi seorang ksatria, raja, atau bangsawan. Alias turun derajat ke kasta kedua,” ucap pria yang biasa disapa Made itu.
Made juga menceritakan sahabatnya yang seorang penganut Konghucu. Sahabatnya itu selalu menyebut nama Gus Dur di setiap doanya.
“Katanya, Gus Dur itu sudah dianggap seperti dewa bagi mereka. Karena tanpa Gus Dur, mungkin sampai saat ini agama Konghucu tidak pernah diakui di Indonesia,” pungkasnya.
Reporter : Christ
Ediotr : MA Setiawan