![](https://malangpagi.com/wp-content/uploads/2022/01/Pameran-DPRD-1-1024x532.jpg)
KOTA MALANG – malangpagi.com
Puluhan lukisan beragam gaya, mulai abstrak hingga dekoratif, ditambah kerajinan batok kelapa dari 32 pekerja seni se-Malang Raya dan beberapa daerah di Jawa Timur, menghiasi lobi gedung DPRD Kota Malang, dalam rangka pameran seni bertema “Bangkit dari Keterpurukan” yang digelar 17–27 Januari 2022.
Acara yang diadakan Asta Citra Perupa Malang Art tersebut diharapkan mampu menjadi titik balik dan kebangkitan para seniman, yang sudah dua tahun terakhir terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Menurut Ketua Penyelenggara, Bambang Randika Santoso, musibah pandemi tidak dapat dihindari di seluruh dunia. Akan tetapi sebagai pelaku seni, kondisi ini tidak mematahkan semangat berkesenian.
“Bagi seniman tangguh, kreasi dan inovasi dalam menciptakan karya seni adalah hal wajib, untuk mengangkat harkat dan martabat berkesenian di manapun kita berada,” jelas Bambang, Sabtu (22/1/2022).
![](https://malangpagi.com/wp-content/uploads/2022/01/Pameran-DPRD-2-1024x532.jpg)
Sejak pameran ini dibuka, pria yang akrab disapa Simbah itu mengaku pihaknya telah berhasil menjual sebanyak empat lukisan. Dari pengamatan Malang Pagi, masing-masing karya dibanderol dengan harga beragam. Mulai 300 ribu hingga 25 juta rupiah.
Berbeda dengan gelaran sebelumnya, dalam pameran kali ini pengunjung juga dapat memesan lukisan sesuai permintaan. Selain itu turut diadakan workshop sketsa dan melukis. Panitia pun mempersiapkan guide untuk memandu pengunjung untuk lebih mengenal karya-karya yang dipamerkan.
Malang Pagi juga berkesempatan untuk melihat langsung praktik melukis di lokasi oleh Sunaryo. Pelukis yang sering berpameran di Jawa Timur hingga Kalimantan itu menampilkan keahliannya memainkan pisau palet dalam menciptakan sebuah lukisan beraliran impresionisme, yang Ia beri judul “Jembatan Bambu”.
![](https://malangpagi.com/wp-content/uploads/2022/01/Pameran-DPRD-3-1024x532.jpg)
Tak hanya Sunaryo, aksi melukis langsung juga diperagakan Sutanto Harsono, yang menciptakan karya lukis bergaya Chinese, melalui guratan Mao Bi [kuas yang biasa dipakai membuat kaligrafi China]. Media yang digunakan pun menggunakan kertas khusus, yang diimpor langsung dari negeri Tirai Bambu.
“Ini adalah Chinese painting yang dilukis tanpa sketsa. Langsung di atas kertas khusus, yang meskipun tipis tetapi tidak merembes. Kuas yang digunakan juga tidak dijual di Indonesia,” jelas Sutanto, yang juga Ketua Yayasan Sosial Hakka Malang itu. (Tanto/MAS)