
KOTA MALANG – malangpagi.com
Komplek pemakaman Sukun Nasrani atau biasa disebut Bong Londo merupakan area perkuburan yang dibangun pada masa Bouwplan III tepatnya pada tahun 1920. Saat memasuki kawasan pemakaman ini, tentunya melewati gerbang Makam Sukun yang memiliki bangunan khas kolonial Belanda. Fasad yang unik dengan bentuk menjulang masih kokoh hingga saat ini. Bangunan ini merupakan karya dari arsitektur Belanda bernama Herman Thomas Karsten.
“Gerbang Makam Sukun ini sudah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya pada tahun 2021 dengan Surat Keputusan (SK) Walikota Malang Nomor 188.45 / 346 / 35.73.112 / 2021, namun SK tersebut baru kami terima Senin (25/8/2023),” ungkap Kepala UPT Pengelolaan Pemakaman Umum, Abdi Cukup Santoso saat ditemui Malang Pagi di ruang kerjanya, Kamis (7/9/2023).
Pihaknya mengapresiasi dengan adanya penetapan status Gerbang Makam Sukun Nasrani ini. “Kami menyampaikan terimakasih kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang atas penetapan Gerbang Makam Sukun sebagai Bangunan Cagar Budaya. Dengan demikian, status dari Gerbang Makam Sukun ini jelas dan kami akan membuat Nota Dinas kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang untuk mengajukan permohonan perawatan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang,” ujarnya.
Di sisi lain, kami juga akan mengajukan permohonan terkait makam-makam Belanda yang memiliki nilai kesejarahan agar dapat juga ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya, sehingga area Makam Sukun Nasrani ini dapat menjadi Kawasan Cagar Budaya,” terang Abdi.
Menanggapi hal ini, Sektretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang, Rakai Hino Galeswangi menegaskan bahwa Gerbang Makam Sukun sudah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya pada tahun 2021 karena memiliki nilai sejarah, budaya, religi, dan nilai sosial.
“Ini untuk Makam Sukun Nasrani masih gerbangnya saja yang ditetapkan. Belum yang lain, karena masih banyak potensi untuk ditetapkan khususnya beberapa monumen dan makam tokoh yang di dalamnya,” beber sejarawan dan akademisi ini.

Saat disinggung Makam Sukun Nasrani menjadi kawasan Cagar Budaya, dirinya mengemukakan bahwa kemungkinan Makam Sukun Nasrani bisa ditetapkan sebagai situs.
“Bukan kawasan, tapi situs. Seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Cagar Budaya apabila kawasan terdiri lebih dari dua situs dan harus berjauhan regional situs,” terangnya.
Rakai menyarankan setelah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya hendaknya Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang melalui UPT Pengelolaan Pemakaman Umum agar ikut menjaga kelestarian dalam bentuk apapun. “Mulai dari hal terkecil, misalnya melaporkan jika ada kerusakan atau jika akan ada perombakan maupun penambahan terhadap bangunan,” tutur Rakai.
Ia pun berpesan agar saling menjaga Bangunan Cagar Budaya ini dalam bentuk apapun, sehingga tercipta sinergitas antara pengurus, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), Pemerintah Kota Malang, Pokdarwis serta semua masyarakat.
Dihubungi terpisah, anggota TACB Kota Malang, Isa Wahyudi atau lebih akrab disapa Ki Demang menyebut bahwa keunikan Gerbang Makam Sukun terletak pada bangunan yang berbentuk ‘Focus Interest’ yaitu sebuah kekuatan yang menjadi pusat perhatian.
“Hal terpenting dari Gerbang Makam Sukun Nasrani ini adalah memiliki nilai kesejarahan. Komplek pemakaman Sukun yang memiliki luas 12 hektare awalnya diperuntukkan bagi orang-orang Eropa yang berdomisili di Kota Malang. Hingga, masa pendudukan Jepang menjadi tempat persemayaman tentara Jepang. Sebagai bukti adanya Monumen Jepang dan setiap tahun diadakan upacara oleh Konsulat atau Duta Jepang untuk Indonesia. Pada masa kemerdekaan beralih fungsi menjadi tempat pemakaman umum baik untuk warga Tionghoa maupun warga negara Indonesia,” beber Ki Demang.

Dikatakannya, dalam bidang pengetahuan terdapat beberapa tokoh yang memiliki peran penting seperti Gerrit Christian Renardel de Lavalette, B.M Schuurman, Johannnes Emde, DR. Eyken dan banyak lagi tokoh penting lainnya yang dapat memberikan nilai edukasi.
“Kemudian, dalam bidang pendidikan dapat dikorelasikan dengan pendidikan karakter terkait kajian Malam Sukun Nasrani ini. Ditinjau dari segi arsitektur pada Gerbang Makam Sukun menunjukkan kekuatan bangunan yang bertahan hingga saat ini,” terangnya.
Dirinya menambahkan, ada pula nilai religi yang dapat dipetik yaitu ada beberapa kegiatan keagamaan yang dilakukan di TPU Sukun Nasrani. “Diantaranya Misa Arwah yang rutin dilaksanakan tiap Bulan November di Komplek Pasturan, upacara penghormatan di Monumen Jepang untuk mendoakan 50 jenazah. Secara rutin, Kompleks Makam Sukun Nasrani ini digunakan untuk ritual keagamaan lainnya yang dilakukan oleh ahli waris,” pungkas Ki Demang. (Har/YD)